Benar Dia berkuasa. Dan Dia-lah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!". Maka terjadilah ia. Maka. Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan." (Q.S Yasin: 81-83) Nah, adapun bila kitaFaedah Surat An-Nuur 36 Allah Merajai Langit dan Bumi, Kita Semua Akan Kembali kepada-NyaAllah merajai langit dan bumi, dan kita semua akan kembali kepada Surah An-Nuur Ayat 42Allah Ta’ala berfirman,وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ“ Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah-lah kembali semua makhluk.” QS. An-Nuur 42Penjelasan ayatSemua milik Allah dan semua akan kembali kepada AllahDisebutkan dalam ayat ke-42 “Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi.” Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di memberikan keterangan, maksudnya adalah Allah menciptakan langit dan bumi. Allah yang memberikan rezeki pula kepada langit dan bumi. Allah juga yang mengatur langit dan bumi. Allah mengaturnya secara syar’i dan qadari artinya semua harus tunduk pada aturan syariat Allah dan semua yang Allah tetapkan itu pasti terjadi. Di bumi ini tempat kita beramal, sedangkan di akhirat adalah tempat amalan kita itu dibalas. Sehingga dalam lanjutan ayat disebutkan, “dan kepada Allah-lah kembali semua makhluk.” Artinya, kepada Allah tempat kita kembali dan kita akan dibalas. Lihat Tafsir As-Sa’di, hlm. manusia akan nampak pada catatan amal dan timbangan amalDalil yang menunjukkan adanya timbangan amal pada hari kiamat di antaranya adalah ayat,وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika amalan itu hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan pahalanya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” QS. Al-Anbiya’ 47Dalam ayat lainnya disebutkan,فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ , فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ , وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ , فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ , وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ , نَارٌ حَامِيَةٌ“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikannya, Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan kebaikannya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? Yaitu api yang sangat panas.” QS. Al-Qari’ah 6-11Dalam penjelasan para ulama ada beberapa pendapat manakah yang ditimbang dalam mawazin timbangan pada hari kiamat. Ada beberapa pendapat, yang ditimbang adalah 1 amal itu sendiri, 2 catatan amal, 3 pahala dari amalan, 4 pelaku amal itu sendiri. Lihat Ma’arij Al-Qabul, 3 yang menunjukkan bahwa manusia akan menerima catatan amal adalah firman Allah Ta’ala,فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata “Ambillah, bacalah kitabku ini.” QS. Al-Haqqah 19Juga dalam ayat,وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku ini.” QS. Al-Haqqah 25Begitu juga yang menerima kitab dari sisi belakang punggungnya seperti disebut dalam ayat,وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ“Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang.” QS. Al-Insyiqaq 10Juga dalam hadits dari Aisyah radhiyallahu anha, ia ketika itu mengingat neraka, lantas ia menangis. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya saat itu, “Apa yang membuatmu menangis?” Aisyah menjawab, “Aku mengingat neraka lantas aku menangis. Apakah kalian akan mengingat keluarga kalian pada hari kiamat?” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab,أَمَّا فِي ثَلاَثَةِ مَوَاطِنَ فَلاَ يَذْكُرُ أَحَدٌ أَحَدًا عِنْدَ المِيْزَانِ حَتَّى يَعْلَمَ أَيَخِفُّ مِيْزَانُهُ أَوْ يَثْقُلُ وَعِنْدَ الكِتَابِ حِيْنَ يُقَالُ هَآؤُمُ اقْرَؤُوْا كِتَابِيَهْ حَتَّى يَعْلَمَ أَيْنَ يَقَعُ كِتَابُهُ أَفِي يَمِيْنِهِ أَمْ فِي شِمَالِهِ أَمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِهِ وَعِنْدَ الصِّرَاطِ إِذَا وُضِعَ بَيْنَ ظَهْرَي جَهَنَّمَ“Ada tiga keadaan seseorang tidak akan mengingat siapa pun pada hari kiamat 1 ketika di sisi mizan timbangan, sampai seseorang mengetahui timbangannya ringan ataukah berat; 2 ketika berada pada sisi kitab catatan amal ketika dikatakan Ambillah, bacalah kitabku ini’ sampai ia mengetahui apakah catatannya diambil dari sisi kanan, ataukah sisi kiri, atau dari belakang punggungnya; 3 ketika berada di shirath jembatan yang dibentangkan di atas Jahannam.” HR. Abu Daud, no. 4755; Tirmidzi, no. 2235. Hadits ini disahihkan oleh Syaikh Al-Albani.Tentang hisab amalDalam masalah hisab disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, “Yang dimaksud hisab adalah ditimbangnya amal kebaikan dan kejelekan. Termasuk dalam hal ini ada munaqasyah perhitungan amal baik dan jelek secara rinci. Hisab yang dimaksud sebelumnya adalah penampakan amalan pada pelakunya dan akhirnya ia mengenal amalnya karena itu para ulama Ahlus Sunnah berselisih pendapat mengenai orang kafir, yaitu apakah orang kafir dihisab ataukah tidak. Yang jelas hisab itu ada yaitu amalan itu dihitung dan ditampakkan. Namun hisab bagi orang kafir bukan maknanya kebaikan mereka dibalas pada hari kiamat lalu dibandingkan dengan kejelekannya.” Dar’u Ta’arudh Al-Aql, 5229. Dinukil dari Tafsir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, 6489.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di tempat lainnya juga menyatakan, “Setiap hamba pasti memiliki kejelekan. Dalam kehidupan kita selaku hamba pasti punya kekurangan. Seandainya bukan karena pemaafan dari Allah terhadap kesalahan-kesalahan kita dan Allah menerima amal kita, tentu kita akan binasa. Karena dalam hadits disebutkan, “Siapa yang menghadapi munaqasyah perhitungan hisab secara rinci, maka ia tentu akan disiksa. Aisyah mengatakan, Wahai Rasulullah, bukankah Allah mengatakan, “Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata “Ambillah, bacalah kitabku ini.” Inilah yang dimaksud dengan al-ardh penampakan amal. Namun jika amal tersebut nuqisya dihisab rinci tentu akan disiksa.” Jaami’ Ar-Rasail, 1150. Dinukil dari Tafsir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, 6489Hisab itu ada dua macamPertama, hisab ardh. Hisab ini berlaku khusus untuk orang beriman. Ia akan ditanya tentang amalnya, ilmunya, nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya. Ia akan menjawab dengan kokoh, akhirnya nikmat kebaikan berlanjut terus untuknya. Jika ditampakkan baginya dosa, ia mengakuinya dan Allah akan menutupi serta memaafkan pertama ini tidak dihitung detail munaqasyah. Ia akan mengambil kitabnya dengan tangan kanannya. Ia akan kembali pada keluarganya dalam keadaan suka cita. Karena ia selamat dari siksa dan diberikan keburuntungan dengan yang disebutkan dalam hadits,مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا قَالَتْ فَقَالَ إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya, “Bukankah Allah telah berfirman maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah’ QS. Al-Insyiqaq 8” Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Itu baru al-aradh penampakan amal. Namun barangsiapa yang diteliti hisabnya, maka ia akan binasa.” HR. Bukhari, no. 103 dan Muslim, no. 2876Kedua, hisab munaqasyah. Hisab ini ditujukan pada orang kafir dan ahli maksiat dari orang yang bertauhid. Mereka akan lama hisabnya dan akan berat tergantung pada banyaknya dosanya. Jika itu ahli maksiat dari kalangan ahli tauhid, maka Allah akan masukkan mereka dalam neraka sampai waktu tertentu kemudian keluar, lalu akan masuk dalam surga jenis ini akan dialami oleh orang kafir, munafik, dan pelaku kemaksiatan–semoga Allah melindungi kita–, di mana mereka akan diinterogasi secara teliti atas kenikmatan yang diperoleh semasa di dunia, selain itu terjadi adu argumentasi sehingga Allah pun mendatangkan saksi untuk membatalkan alasan Fatawa Al-Islam Sual wa Jawab, no. Al-Qabul bi Syarh Sullam Al-Wushul ila Ilmi Al-Ushul fi At-Tauhid. Cetakan kedelapan, Tahun 1432 H. Hafizh bin Ahmad Al-Hakami. Penerbit Dar Ibnul As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Iyad bin Abdul Lathif bin Ibrahim Al-Qaisi. Penerbit Dar Ibnul menjelang Ashar, 27 Shafar 1441 H, bertepatan dengan 26 Oktober 2019oleh Muhammad Abduh TuasikalArtikel Semuaawal kehidupan dimulai dari alam ruh, kehidupan dunia dan berakhir di surga
Kalimat Innalillahi Arab dan penjelasannya sebagai lafadz terakhir untuk kembali kepada Allah. Innalillahi artinya “Sesungguhnya milik Allah” sebagai kalimat Tauhid bahwa semua yang ada di alam semesta dan isinya milik Allah. Pembaca Kartun Muslimah, Innalillahi adalah bentuk kalimat dasar bagi semua manusia terutama umat Muslim tentang kesadaran untuk memulai dalam kehidupan ini. Kalimat Innalilahi adalah sebuah pedoman hidup bagi setiap manusia dan menyadari bahwa sesungguhnya semua yang ada didunia milik Allah. Awal mula dalam kehidupan ini hanya ada Allah sendirian, dan Dia menciptakan langit, surga dan seluruh alam semesta ini bahannya diambil dari diri-Nya. Karena itulah semua ciptaan-Nya adalah bagian diri-Nya dan bahan baku dari semua makhluk berasal dari Dzat Allah sendiri. Karena itulah semua penciptaan di dunia ini berasal dari Dzat Allah yang dibagi-bagi menjadi beberapa ciptaan berupa benda dan makhluk ghaib. Ada benda ciptaan Allah yang bisa dilihat oleh mata manusia dan ada juga makhluk ghaib yang hanya bisa dilihat oleh mata batin manusia. Jika kita bisa menyadari bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Allah dan berasal dari Dzat Allah sendiri, maka kita akan lebih tenang dalam menjalani hidup. Hal ini karena kita sudah bisa menyadari bahwa semua bisa terjadi hanya karena kehendak Allah SWT. Kita juga tidak akan merasa takut dalam menjalani hidup ini karena semua makhluk yang hidup didunia ini sama-sama ciptaan Allah. Selain itu kita juga tidak pernah merasa berat dengan harta yang kita miliki, karena semua itu rumusnya Innalillahi Arab yang artinya semua milik Allah. Jika banyak umat Muslim yang sudah memiliki pedoman tersebut, maka banyak orang yang tidak akan pelit untuk membagikan hartanya dengan bersedekah atau zakat. Yang membuat banyak orang enggan bersedekah karena merasa memiliki harta tersebut dan lupa kepada Allah. Sebenarnya kalimat Innalillahi adalah pedoman utama bagi umat Muslim yang masih hidup dan bukanlah untuk orang yang meninggal saja. Kalimat ini disebut juga kalimat Istirja’ dan biasanya hanya digunakan ketika ada orang meninggal atau ketika ada orang yang mengalami musibah. Pada dasarnya kalimat Istirja’ memiliki makna cakupan yang luas sekali karena berhubungan dengan semua ciptaan Allah. Kita hanya mempersempit kalimat ini jika hanya menggunakannya untuk orang yang telah meninggal atau ditujukan kepada orang yang mengalami kecelakaan saja. Hal ini karena banyak umat Muslim terlalu berpaku pada kata musibah yang diidentikkan dengan kejadian buruk yang menimpa seseorang. Karena itulah kalimat innalillahi digunakan ketika mengalami musibah saja tanpa mau meneliti dan menggali makna kata dari musibah itu. Penggunaan kalimat Innalillahi atas terjadinya musibah memang benar sesuai dengan ayat Al Qur’an Baqarah 156. “ Yaitu Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata Innalillahi wa inna ilaihi roji’un Sesungguhnya semua milik Allah akan kembali kepadaNya. Sebenarnya kata musibah berasal dari kata Ashaaba-Yashiibu-Mushiibatan yang artinya “Segala yang menimpa pada sesuatu baik berupa kesenangan maupun kesusahan. Memang sudah menjadi sifat umum pada manusia bahwa kesusahan lebih mudah diingat daripada kesenangan. Karena itulah banyak orang yang lupa kepada Allah ketika mendapatkan kesenangan dan ketika mendapat kesusahan lebih mudah teringat Allah. Sehingga kata musibah lebih banyak diingat ketika mendapatkan kesusahan saja dan lupa kesenangan yang juga termasuk sebagai musibah. Hal inilah yang membuat kalimat Innalillahi Arab lebih identik dengan terjadinya sesuatu yang buruk dalam kehidupan ini. Sepertinya kalimat Innalillahi sudah melekat kuat di otak dari kalangan umat Muslim dan mau menggunakannya pada peristiwa-peristiwa yang buruk saja. Penjelasan Kalimat Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un Arti kalimat Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un adalah “Semua milik Allah dan hanya akan kembali kepada Allah”. Maksud dari kalimat tersebut adalah semua yang diciptakan oleh Allah yaitu seluruh alam semesta beserta isinya ini pada akhirnya hanya akan kembali kepada Allah. Kita sebagai manusia memahaminya bahwa tidak ada tempat kembali selain kepada Allah dan ini adalah bentuk sunatullah. Manusia tidak memiliki pilihan lain kecuali untuk menyatu kembali kepada Allah dan kehidupan ini hanya sebagai ujian bagi manusia untuk menemukan Allah. Allah telah mengirimkan nabi dan rosul sebagai penyampai informasi bahwa kehidupan didunia ini hanya sebagai pencarian kepada maha pencipta. Selain itu Allah juga memberikan beberapa kitab suci sebagai tuntunan bagi manusia untuk mengetahui dan meneliti tanda-tanda dari Allah. Maksud kalimat Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un juga bisa diartikan sebagai awal dan akhir dari ujian pencarian bagi manusia didunia. Manusia hidup didunia ini seperti anggota pramuka yang sedang mencari jejak dari awal mula dirinya diciptakan dan kemana nantinya akan kembali. Manusia dibekali dengan kitab suci Al Qur’an sebagai buku panduan untuk mencari siapa yang menciptakannya dan kemana lagi setelah meninggal. Jika kita telah menemukan maha pencipta ketika hidup didunia, berarti kita telah lulus dalam menempuh ujian sebagai Ahsani Taqwim. Dalam peradaban Jawa, kita mengenal istilah “Nyawiji” atau bersatu “Manunggaling kawulo gusti” sebagai tarekat tertinggi dari ilmu Tauhid. Hal ini sebagai pertanda bahwa manusia sudah menemukan Tuhan dan dalam hatinya hanya digunakan untuk menyebut nama Allah setiap saat. Jika kita sudah mencapai puncak tertinggi dari ilmu tauhid tersebut, maka kita tidak akan tergoda pada gemerlap dan hingar bingar kemewahan dunia. Maka kita sudah mampu mencapai tingkat Ilaihi Roji’un atau kembali kepada Allah tanpa harus menunggu sampai datangnya kematian. Penggunaan Kalimat Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un Ketika Terpilih Menjadi Pemimpin Umar bin Khattab RA mengucapkan kalimat Innalilahi ketika terpilih menjadi khalifah untuk menggantikan Abu Bakar As Shiddiq RA. Hal ini karena khalifah Umar merasa diberi amanat oleh Allah untuk memimpin umat Muslim dan menganggap sebagai ujian dan tanggung jawab. Pelajaran yang bisa diambil dari pengucapan kalimat Innalillahi dari khalifah Umar RA adalah bahwa kekuasaan hanya milik Allah. Ini bukanlah musibah buruk, karena khalifah Umar RA merasa memiliki tanggung jawab untuk membebaskan daerah sekitar Arab dari jajahan Persia. Pada Saat Ada Orang Meninggal Dunia Ketika ada orang yang meninggal dunia, maka perlu mengucapkan kalimat Inna lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un sebagai pertanda bahwa orang tersebut kembali kepada Allah. Satu hal yang perlu diketahui bahwa kematian bukanlah akhir dalam hidup ini karena hanya kembali menuju Allah. Karena setelah kita meninggal, masih akan menunggu sampai datangnya hari kiamat untuk dibangkitkan kembali menuju padang Mashar. Selain itu, masih ada laporan pertanggung jawaban selama hidup didunia, apakah sudah menemukan Tuhannya yaitu Allah ataukah belum. Kehilangan Sesuatu Ketika kita mengalami hal yang buruk seperti orang yang hutang kepada kita tidak membayar, maka kita perlu mengucapkan kalimat Istirja’. Karena semua harta yang kita miliki adalah pemberian Allah dan tentu saja jika Allah memang berkehendak maka akan diberikan gantinya. Pada saat tidak memiliki uang dan merasa kelaparan, maka perlu mengucapkan Innalillahi Arab dan bersabar serta terus berusaha dan berdoa. Allah senantiasa akan memberikan hidayah dan jalan sehingga bisa menemukan solusi atas kesusahan yang kita alami. Syukron bahasa Arab terima kasih banyak telah menyimak artikel ini. Share jika bermanfaat.DanDunia diumpamakan seperti makanan yang dikonsumsi oleh manusia, kemudian setelah itu menjadi kotoran. Raslullh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya makanan anak Adam (makanan yang dimakannya) dijadikan perumpamaan terhadap dunia. Walaupun ia sudah memberinya bumbu dan garam, lihatlah menjadi apa makanan tersebut akhirnya. [5]
اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ البقرة ١٥٦ alladhīnaٱلَّذِينَorang-orang yangaṣābathumأَصَٰبَتْهُمmenimpa merekamuṣībatunمُّصِيبَةٌmusibahqālūقَالُوٓا۟mereka mengucapkaninnāإِنَّاsesungguhnya kamilillahiلِلَّهِmilik Allahwa-innāوَإِنَّآdan sesungguhnya kamirājiʿūnaرَٰجِعُونَmereka kembaliAl-Ladhīna 'Idhā 'Aşābat/hum Muşībatun Qālū 'Innā Lillāhi Wa 'Innā 'Ilayhi Rāji`ūna. al-Baq̈arah 2156Artinyayaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun” sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. QS. [2] Al-Baqarah 1561 Tafsir Ringkas KemenagKehidupan manusia memang penuh cobaan. Dan Kami pasti akan menguji kamu untuk mengetahui kualitas keimanan seseorang dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Bersabarlah dalam menghadapi semua itu. Dan sampaikanlah kabar gembira, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang sabar dan tangguh dalam menghadapi cobaan hidup, yakni orang-orang yang apabila ditimpa musibah, apa pun bentuknya, besar maupun kecil, mereka berkata, Inna lilla hi wa inna ilaihi ra ji'un sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Mereka berkata demikian untuk menunjukkan kepasrahan total kepada Allah, bahwa apa saja yang ada di dunia ini adalah milik Allah; pun menunjukkan keimanan mereka akan adanya hari akhir. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk sehingga mengetahui Tafsir Lengkap Kemenag3 Tafsir Ibnu Katsir4 Tafsir Al-Jalalain5 Tafsir Quraish Shihab Al-Misbahالقرآن الكريم - البقرة2 156Al-Baqarah 2156 Alif Lam Mim
Ibnu`Atho'. Sudahlah, kembalikan semua kepada Allah SWT. Jangan membiasakan diri mengaku sebagai pemilik semua hal. Jangan merasa apa yang ada pada kita adalah milik kita. Semua itu milik Allah. Semua alam semesta dan semua yang selain-Nya adalah ciptaan Allah dan milik-Nya. Termasuk kita dan kehidupan kita.
"semua milik Allah, dan kelak akan kembali kepada-Nya" innalillahHasilpencarian tentang Segala+milik+Allah+akan+kembali+ke+pada+Nya. tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 156. Sesungguhnya orang-orang yang ditimpa musibah dan merasa yakin bahwa kebaikan, semua yang ada di antara keduanya adalah milik Allah, dan semua akan kembali kepada-Nya.